Disuatu malam ada seekor kucing diatas atap yang sedang memandang kebawah dan melihat seseorang mengenakan baju kasim berlari menyebrangi halaman.Menurut legenda mereka, seekor kucing yang berada di atas atap adalah pertanda buruk.
Pangeran Lee Gak terbangun dan melihat kesebelahnya, tapi tidak ada seorang pun. Ia minum dalam kesunyian. Tiba-tiba Lee Gak mendengar langkah seorang kasim yan berlari dan ia keluar untuk menanyakan apa yang terjadi. Kasim itu menjawab "Yang mulia, Putri Mahkota......" Pangeran dan kasim keluar dan terus berlari seperti orang gila kearah kolam.
Setibanya di tepi kolam yang sudah ramai dipenuhi para dayang dan kasim, Pangeran Lee Gak melihat tubuh seseorang mengambang di permukaan air kolam. Ia maju beberapa langkah dan mulai menangis. Ternyata orang yang mengambang dikolam itu adalah Putri Mahkota. Ia memanggil nama Putri Mahkota dan terus menuju kolam tapi penjaga menahannya. Ia terus memanggil nama isterinya dan bertanya apa yang terjadi.
Diwaktu lain, ada seorang pria yang wajahnya sangat mirip dengan Pangeran Lee Gak, memakai jaket coklat yang tenggelam di laut.
Akhirnya jasad Putri Mahkota di angkat dari kolam dan disemayamkan di tempat yang semestinya.
Flashback ke masa lalu. Lee Gak kecil bersama ayahnya duduk bersama para menteri. Ayahnya bertanya gadis seperti apa yang ia inginkan sebagai isteri. Lee Gak menjawab " aku ingin gadis yang cantik, jadi aku akan melihatnya setiap pagi. Lagi pula tidak baik membiarkan isteri untuk menghabiskan malam sendirian". Mendengar itu Raja dan para menteri tertawa.
Lalu Raja dan para menteri berunding untuk memilih siapa bangsawan yang paling tepat untuk berbesan dengan raja. Disatu tempat yang lain seorang gadis kecil berlari tergesa-gesa kembali ke rumahnya. Bu Young (Park Ha dimasa lalu) masuk kekamar kakaknya Hwa Young (Se-na dimasa lalu) dan berkata bahwa ayah mereka, Perdana Menteri Hong terpilih menjadi ayah mertua Pangeran Lee Gak. Bu Young sangat senang memikirkan kakaknya akan menjadi Putri mahkota dan dia bisa melihat istana. Hwa Young berjanji jika ia menjadi Putri Mahkota, ia akan mengundang adiknya ke istana dan memberinya makanan yang enak dan mewah juga menghadiahkannya pakaian yang bagus. Bu Young sangat ingin sekali melihat wajah Pangeran.
Kedua gadis itu kemudian duduk bersama ayah dan ibu mereka. Ayah memberitahu bahwa keluarga mereka terpilih menjadi keluarga kerajaan. Jadi salah satu dari mereka akan menjadi Putri Mahkota. Ibu menyuruh Hwa Young untuk berhati-hati dan mempersiapkan diri sebaik mungkin. Tapi tak disangka Ayah malah memilih Bu Young untuk menjadi Putri Mahkota. Ayah berkata kalau Bu Young lah yang lebih sesuai dengan kriteria yang diinginkan oleh Pangeran. Hwa Young menangis dan kecewa, sementara Bu Young merasa khawatir dan merasa sangat bersalah.
Dimasa sekarang Park Ha sedang duduk bersama ayahnya di sebuah rumah makan sedangkan Sena datang bersama Ibunya. Ibu berkata kalau mereka akan hidup bersama dan Park Ha harus memanggil Sena, kakak. Dimasa kini Park Ha dan Sena bukan saudara kandung sedangkan di masa lampau mereka saudara kandung.
Suatu hari, Park Ha dan Sena mencoba memasak mie ramen sendiri tapi kompor nya meledak dan menyebabkan pipi Park Ha terbakar. Ibu sangat marah dan memukul kaki Sena karena dia tidak bisa menjaga adiknya dengan baik.
Keesokan harinya kedua gadis iu berbelanja ke minimarket. Disana
diam-diam Sena memasukkan beberapa barang kedalam tas Park Ha. Lalu
mereka ditangkap oleh pemilik toko. Pemilik toko menyuruh Sena untuk
membuka
tas adiknya, tapi Sena menolak. Lalu pemilik toko membuka sendiri tas
Park Ha dan menemukan barang-barang ditoko itu. Sena marah kepada Park
Ha dan menuduh adiknya sebagai pencuri. Sementara Park Ha hanya menangis
sambil mengatakan kalau dia tidak mencuri.
Ditoko lain Sena melakukan hal yang sama, tapi kali ini ayahnya melihat kejadian itu. Ayah sangat marah dan memukul kaki Sena dengan rotan. Ayah meminta Sena untuk tidak mengulangi hal itu lagi.
Dan akhirnya pada suatu kesempatan Sena meninggalkan adiknya didalam sebuah truk dengan alasan ingin membeli susu.
Ia memang pergi membeli susu, pada saat ia membuka terpal truk itu Sena melihat adiknya sedang tertidur. Lalu Sena meninggalkan susu itu disamping Park Ha. Ia sedikit ragu saat meninggalkan Park Ha begitu pula saat truknya mulai berjalan.
Namun ia tetap diam dan tak mengejar truk itu. Saat Park Ha terbangun
dan menyadari kalau ia sendirian di dalam truk, ia membuka terpal
penutup truk dan berteriak-teriak memanggil Sena yang masih termenung.
Akan tetapi Sena berbalik arah dan berjalan menjauhi truk yang membawa adiknya itu.
Kembali ke masa lampau, tepatnya di kamar Hwa Young. Bu Young masuk kekamar untuk mengunjungi kakaknya, pada saat itu Hwa Young sedang menytrika rok dengan besi panas.
Bu Young membawakan makanan kesukaan Hwa Young yaitu manisan kesemek untuk menyenangkan hati Hwa Young.
Dengan senyuman yang dipaksa Hwa Young menolak manisan yang diberikan adiknya itu. Hwa Young merasa kesal karena besok ayah akan mendaftarkan nama adiknya untuk menjadi Putri Mahkota.
Bu Young berkata kalau dia sangat sedih karena sebentar lagi dia harus tinggal diistana. Bu Young berjanji akan mengundang kakaknya setiap hari ke istana. Mendengar hal itu Hwa Young menjadi tambah marah. Dia lalu mendorong Bu Yong lalu manisan kesemek yang dipegang Bu Young terjatuh. Lalu Hwa Young berdiri dan ingin mengambil buah kesemek itu sambil memegang besi panas, tapi dia pura-pura tersandung rok dan besi yang masih panas itu terjatuh mengenai pipi Bu Young. Bu Young teriak kesakitan dan menangis.
Ayah sangat murka dan memarahi ibu. Ibu menangisi wajah Bu Young yang
selamanya akan cacat. Dan bagaimana mungkin Bu Young dapat menjadi Putri Mahkota jika wajahnya cacat? Akhirnya ayah memutuskan untuk mengganti nama Bu
Young menjadi Hwa Young untuk menjadi calon istri Pangeran Lee Gak.
Finally, Pangeran Lee Gak menikah dengan Hwa Young. Sementara Bu Young hanya melihat istana dari rumahnya sambil menangis. Selamanya Bu Young akan memakai cadar untuk menutupi lukanya.
Beberapa tahun kemudian mereka tumbuh dewasa. Hwa Young menikmati hidupnya sebagai Putri Mahkota, sementara Bu Young menghabiskan waktu nya untuk menyulam. Kali ini dia menyulam bunga dan kupu-kupu.
Sulaman itu diberikan kepada Pangeran Lee Gak atas nama Hwa Young. Lee Gak memuji kepandaian Hwa Young dalam menyulam, yang membuat seekor
kupu-kupu terasa hidup. Ia mengutip sebuah bait puisi tentang bunga dan
sepasang pengantin yang melihatnya. Ia meminta Hwa Young untuk
meneruskan puisinya.
Hwa Young tidak bisa kemudian dia melirik adiknya. Lalu Bu Young melanjutkan puisi itu “Pengantin wanita bertanya pada suaminya, siapakah yang paling cantik, aku ataukah bunga itu?”. Pangeran Lee Gak mengalihkan perhatiannya pada Bu Young dan mereka salling berbalas puisi, katanya “Suaminya bergurau mengatakan jika bunga itu yang paling cantik.”
Sambil menatap Lee Gak, Bu Young pun menjawab puisi kakak iparnya, “Mendengar
kalau bunga itu lebih cantik darinya, pengantin wanita itu menginjak
bunga itu dan berkata, ‘jika bunga itu lebih cantik dariku, maka
tidurlah dengan bunga itu nanti malam.”
Lee Gak menggoda Bu Young yang tahu puisi dewasa seperti itu. Bu Young
buru-buru minta maaf karena tak tahu kalau itu adalah puisi dewasa.
Pangeran tertawa karena sebenarnya ia hanya menggoda Bu Young. Melihat itu, Hwa Young cemburu dan mengajak Pangeran untuk meliha bunga yang sedang mekar ditaman.
Tapi Pangeran masih penasaran pada Bu Young yang dapat meneruskan puisinya.
Sepanjang perjalanan di taman, ia seperti memikirkan sesuatu. Dan
tiba-tiba ia berbalik pada Bu Young dan bertanya, “Ada sebuah teka-teki
untukmu. Jika kau memberi jawaban yang benar dalam dua hari, kau akan
mendapat hadiah dariku. Paham?”
Bu Young mengangguk, dan Yi Gak memberikan teka-tekinya. ”Apa yang mati meski ia hidup, dan apa yang hidup meski ia mati?”
“Apa yang mati meski ia hidup, dan apa yang hidup meski ia mati?” |
Bu Young mengerutkan kening, berpikir. Pangeran tersenyum melihat Bu Young
tak dapat menemukan jawabannya. Ia bertanya pada Hwa Young dan bertanya
apakah ia mengetahui jawabannya. Hwa Young menjawab, kalau ia mungkin
tahu tapi ia mungkin juga tak tahu.
Pangeran tertawa mendengar jawaban Isterinya yang tak pasti, dan menjawabkan untuknya, “Kau tak tahu jawabannya.”
Mereka saling tertawa satu sama lain sementara Bu Young merasa sedih melihat kemesraan mereka berdua.
Melompat di kejadian setelah kematian istrinya. Pangeran Lee Gak menyuruh mayat
Hwa Young untuk ditutup saat tubuhnya diangkat dari kolam untuk menjaga kehormatan isterinya, sehingga tak
ada orang yang melihat kondisi wajah Hwa Young yang memburuk. Ia juga
melarang semua orang untuk menyentuh semua barang yang ada di kamarnya, dan menyuruh pengawal untuk berjaga di sana.
Ia bersumpah akan menemukan siapa pembunuh Hwa Young dan membunuhnya.
Menggenggam kain bersulam kupu, ia menyaksikan tubuh Hwa Young diangkat
dari kolam. Air matanya menetes dan jatuh ke atas kain, mengenai kupu-kupu.
Dan kupu-kupu itu keluar dari kain, mengelilingi Pangeran dan terbang…
Mengelilingi Lee Gak di masa depan
Dikehidupan modern tepatnya di New York, Lee Tae Young (Reinkarnasi Lee Gak) sedang menunggu seseorang. Dia melihat seekor kupu-kupu terbang.
Ia tersenyum melihat kupu-kupu
yang kemudian menjauhinya dan mendekati seorang gadis penjual buah dan
akhirnya hinggap di pundak gadis itu.
Gadis itu adalah Park Ha. Park Ha tersenyum lebar melihat kupu-kupu itu. Ia langsung menjadi patung agar tak mengagetkan kupu-kupu itu dan menikmati keindahan binatang cantik itu.
Tae Young yang dari tadi terpesona melihat Park Ha, langsung mengambil
pensil dan menggambar sosok Park Ha yang masih menjadi patung.
Tangannya dengan lincah menggambar, sehingga menghasilkan sosok wajah cantik
yang terlihat bahagia.
Tapi wajah cantik yang bahagia itu langsung mengkerut melihat dua anak
mencuri apelnya. Ia langsung berteriak menyuruh kedua anak itu berhenti.
Namun kedua anak itu malah tertawa mengejek, sehingga Park Ha mengambil
sebuah apel dan melemparkannya pada anak-anak itu.
Tapi sayangnya apel itu tepat mengenai kepala Tae Young. Park Ha terkejut melihat lemparannya malah meleset mengenai seorang pria dan membuatnya jatuh terjengkang, lalu Park Ha mendekat untuk menolongnya.
Tapi sudah ada pria lain yang menolongnya. Dia adalah Yong Tae Moo, sepupu Tae Young yang baru datang dari Korea.
Untuk menyambut kedatangan Tae Moo, mereka pergi ke pub, dan bertemu dengan
Park Ha lagi. Rupanya Tae Young sangat tertarik dengan Park Ha, karena
ia mengatakan kalau Park Ha adalah gadis yang cantik, sesuatu yang
menurut Tae Moo hal yang jarang dikatakan oleh Tae Young.
Apalagi saat Tae Young menunjukkan sketsa wajah yang ia buat siang tadi, Tae Moo yakin kalau Tae Young menyukai Park Ha. Tae Moo menyuruh Tae Young untuk berkenalan, tapi sepertinya Tae Young
adalah cowok yang pemalu. Bahkan ketika Tae Moo tak sengaja mendengar
kalau lusa Park Ha off dan menyuruh Tae Young untuk mengajak Park Ha
kencan, Tae Young menolaknya.
Park Ha mendapat telepon dari Korea, mengabarkan kalau ayahnya sudah
ditemukan. Park Ha merasa gembira dan memberitahu teman kerjanya
kalau ia akan pulang ke Korea untuk menemui keluarganya.
Di atas yacht, Tae Young sedang asyik membuat sketsa pemandangan gedung.
Tae Moo memberitahu kalau nenek ingin berbicara dengannya dan
menyuruhnya untuk menelepon nenek. Tapi Tae Young menolaknya, ia bilang kalau ia akan menelepon nenek nanti tapi tidak sekarang.
Tae Moo memaksa Tae Young untuk berbicara dengan nenek, karena ia
disuruh untuk menyeret Tae Young untuk pulang ke Korea. Tae Young
menyuruh Tae Moo berbohong kalau Tae Moo tidak bertemu dengannya.
Tapi Tae Moo tidak mau, “Nenek, atau kalau aku yang memanggilnya adalah
Ibu Presiden. Sepertinya ia memutuskan akan pensiun dari posisinya.”
Tae Young tetap tak bergeming, “Kenapa ia ingin mewariskannya padaku
jika aku tak tahu bagaimana mengurus perusahaan. Mereka yang bekerja di
perusahaan adalah kau dan paman.”
“Itu karena kau dan keluargamu yang memiliki perusahaan ini, bukannya aku atau ayahku.” Tae Moo menjawab
“Kenapa kau bersikap seperti ini?” Tanya Tae Young. “Kita semua adalah keluarga.”
Tae Moo mulai tak sabar, “Hanya separuh saudara sepupu. Aku hanya berhak
separuh untuk menjadi keluargamu. Ibu Presiden adalah nenekmu, bukan
nenekku. Aku tak dapat memanggilnya nenek. Baginya, ayahku bagaikan duri
di matanya, karena suaminya berselingkuh dan memiliki anak yaitu
ayahku. Jadi perusahaan ini adalah miliki keluargamu.”
Tae Young tak suka mendengar kata-kata Tae Moo dan melarangnya berkata
yang bukan-bukan. Tae Moo yang juga marah, menghampiri Tae Young dan
mengatakan, “Kalau begitu, jangan buat aku mengatakan yang bukan-bukan
karena aku telah menghabiskan 14 jam di pesawat untuk menjadi pesuruh
dan menemuimu.”
Tae Young mendorong Tae Moo dan Tae Moo pun memukulnya hingga Tae Young terjatuh.
Tak disangka, kepala Tae Young mengenai pagar kapal dan ia pun terjatuh.
Melihat sepupunya tercebur ke laut, Tae Moo buru-buru mengambil ban
penyelamat, untuk menolongnya.
Mendadak ia terdiam mengurungkan niatnya dan sesaat kemudian ia meletakkan kembali ban
penyelamat itu dan mengelap semua barang yang sempat ia sentuh.
Handphone Tae Young, yang sempat merekam kebersamaan mereka kemarin, ia
buang.
Tak mempedulikan Tae Young yang sudah tenggelam di laut, Tae Moo terjun ke laut dan berenang menuju daratan.
Tae Moo kembali ke Korea dan Sena menjemputnnya dibandara. Tanpa disadari Park Ha juga pulang ke Korea satu pesawat dengan Tae Moo.
Di kantor, Tae Moo melaporkan kalau ia tak dapat menemui Tae Young. Meski mereka sudah berjanji untuk bertemu, tapi Tae Young tak
muncul. Ia juga tak dapat menghubungi Tae Young selama 5 hari ia berada
di New York.
Nenek sangat khawatir akan keselamatan Tae Young. Asisten nenek
mengusulkan untuk mengirim seseorang ke Amerika untuk melacak
keberadaannya. Nenek menyuruh asistennya segera melakukannya.
Sementara itu Park Ha yang juga telah tiba, langsung menuju ke kantor
polisi dan bertemu dengan salah satu polisi. Polisi itu mengatakan kalau
tes DNA dengan ayahnya cocok. Namun walaupun ia dapat menghubungi Park
Ha, tapi polisi itu tak dapat menghubungi ayahnya.
Park Ha mengira kalau ayahnya tak mau bertemu dengannya karena sudah
memiliki kehidupan baru yang bahagia, tapi polisi itu meyakinkan kalau bukan itu
masalahnya, karena ayahnya menaruh data DNA nya di daftar polisi untuk
mencari anaknya. Tapi karena hal yang lainnya.
Yaitu karena ayahnya telah meninggal dunia.
Park Ha menangis di depan abu ayahnya, membuat Sena yang baru saja
datang heran. Dia bertanya pada ibunya, Siapakah gadis itu? Sebelum ibu menjawabnya, Park Ha
menolehkan wajahnya sedikit sehingga Sena melihatnya.
Sena terkejut karena ia langsung mengenali adik tirinya.
Park Ha sudah berganti baju memakai baju berkabung. Walaupun gembira
Park Ha sudah kembali, tapi ibu tidak dapat menyembunyikan keheranannya.
Bagaimana Park Ha yang sudah berusia 9 tahun saat itu tidak dapat
mengingat alamat dan nama ayahnya?
Park Ha menunjukkan luka di kepalanya dan menjelaskan kalau mobil yang
ia tumpangi kecelakaan, dan ia harus tinggal di rumah sakit dalam waktu
yang cukup lama.
Ibu akhirnya menyadari mengapa dulu mereka tak dapat menemukan Park Ha
karena Park Ha sedang ada di rumah sakit. Sena yang tak nyaman dengan
percakapan itu, mengingatkan ibunya kalau tamu yang sudah berdatangan.
Ibu meminta Park Ha untuk ikut melayani para tamu karena keluarga mereka
sangatlah sedikit.
Sena yang dari tadi tidak bicara apa-apa, saat ibunya pergi, berbalik dan bertanya pada Park Ha, “Apakah kau benar-benar tak mengingatku?”
Park Ha sesaat terdiam dan menggeleng. Walaupun Sena mengatakan kalau
sewaktu kecil, ialah yang menjaga Park Ha karena orang tua mereka
bekerja di pasar, Park Ha tak dapat mengingatnya.
Menyadari kalau rahasianya aman tersimpan, Sena pun menarik nafas lega.
Sementara dimasa lampau, Pangeran Lee Gak mengusut tentang kematian isterinya. Raja dan yang lain mengatakan bahwa kejadian ini adalah kecelakaan, mengingat kebiasaan Putri Mahkota yang seing berjalan dimalam hari kalau ia tidak bisa tidur.
Tetapi Pangeran berusaha untuk meyakinkan Raja bahwa ini adalah pembunuhan, bukan kecelakaan. Karena jika Putri sedang keluar maka akan ada dayang-dayang yang menemani. Dan jika Hwa Young terjatuh kedalam kolam, pasti dayang-dayang itu akan menolongnya.
Menurut penyidik, pada malam itu dayang-dayang meninggalkan Putri sendirian ditepi kolam. Dan saat kembali mereka menemukan Putri sudah terjatuh. Lalu mereka bersembunyi karena ketakutan.
Raja marah mendengar hal ini dan menurutnya dayang-dayang itu patut
dihukum mati. Tapi menurut laporan, dayang-dayang itu sudah tewas
dibunuh oleh orang tak dikenal saat mereka hendak membawanya ke istana.
Ayah Hwa Young mengatakan kalau dayang-dayang itu sudah mendapatkan
hukuman yang setimpal, dan meminta kasus ini ditutup sampai di sini.
Tapi Pangeran Lee Gak tidak ingin menutup kasus ini dan memutuskan untuk
menyelidiki kasus kematian istrinya sendiri. Maka ia menemui orang-orang
pilihannya.
Yang pertama adalah Song Man Bo. Seorang terpelajar ,
berusia 21 tahun, yang tak akan dapat menjadi pegawai kerajaan karena
status anak haramnya. Walaupun ia berpura-pura menjadi playboy, tapi ia
amat sangat pintar dan tak akan melewatkan informasi sekecil apapun.
Tahun lalu, Man Bo pernah menangkap pelaku pembunuhan.
Lee Gak menemui Man Bo yang sedang minum-minum di warung dan menggoda
seorang wanita (yang ternyata adalah laki-laki) dan memintanya ikut
dengannya karena ada sebuah kasus pembunuhan.
Yang kedua adalah Woo Young Seol,
pendekar yang hampir dipenggal karena membunuh seorang bangsawan yang
membunuh ibu dan memperkosa adiknya. Saat itu ia juga membunuh 7
pengawal sekaligus.
Lee Gak mencegah hukum penggal itu dan bertanya apa tujuan Yong Seol belajar ilmu pedang?
“Untuk melindungi rakyat dan Negara” jawab Young Seol
“Aku adalah Negara, maka lindungilah aku.”
Dan yang terakhir adalah seorang gisaeng (gisaeng adalah wanita yang suka menghibur para pejabat dengan permainan kecapinya) yang buang air kecil ditoilet Pria. Do Chi San,
dulunya seorang kasim tapi dipecat dari istana karena terlalu dekat
dengan para dayang. Dan sekarang ia adalah gisaeng terkenal yang
mengetahui segala informasi atau gosip yang beredar. Bahkan yang
terjadi di tempat tidur kerajaan pun ia tahu.
Berempat, mereka menyelidiki kematian putri mahkota Hwa Young. Lee Gak
membawa ketiga penyidik itu ke kamarnya dan menceritakan kronologis
kejadian sebelum kematian Hwa Young.
Malam itu ia minum dengan Hwa Young dan tak ada yang berbeda pada malam
itu. Adik iparnya, Bu Young, datang untuk memberikan jawaban dari
teka-teki yang ia berikan.
Bu Young berhasil menjawab teka-teki itu. Setelah Bu Young pergi, ia
minum segelas arak lagi dan tertidur. Saat ia bangun, istrinya sudah tak
ada di sisinya.
Mereka mulai mengusut dan memberi laporan pada Lee Gak. Man Bo menduga
putri Hwa Young diracun. Berdasarkan perhitungan waktu dan langkah Hwa
Young, racun di dalam tubuh mulai bekerja saat ia berada di taman dan
ia pun terjatuh di kolam.
Young Seol melaporkan kalau penjual racun di pasar telah diketemukan tewas. Dan racun yang biasa ia jual berupa serbuk putih.
Man Bo menduga kalau serbuk itu ditaburkan di manisan kesemek yang dihidangkan malam sebelum kejadian.
Chi San masuk dan melaporkan kalau ia menemukan seseorang yang melihat
Hwa Young di malam itu. Yi Gak menyuruh untuk mengantarkannya menemui
orang itu. Dan mereka pun pergi berkuda dari istana untuk mencari saksi
mata itu.
Mereka melewati kura-kura dari batu yang menggerakkan kepalanya, sebagai isyarat kalau malam itu bukan malam yang biasa.
Sesampainya di hutan, mereka tak menemukan satu orangpun. Lee Gak
bertanya pada Chi San, apakah ini tempat yang benar? Chi San
meyakinkannya.
Tiba-tiba sebuah panah hampir mengenai Lee Gak. Young Seol langsung bersiaga melindungi Lee Gak.
Mereka dikejar oleh gerombolan penunggang kuda sehingga mereka harus melarikan diri, sampai ke lembah yang berjurang.
Tak ada jalan lain selain melompati jurang itu untuk melepaskan kejaran
gerombolan yang tak dikenal. Lee Gak mempercepat laju kudanya diikuti
oleh ketiga pengawalnya. Saat di pinggir tebing, mereka melompat, namun
seakan tertarik ke dalam kegelapan awan sehingga mereka terlepas dari
kudanya.
Sesaat kemudian kuda-kuda itu mendarat dengan selamat di sisi tebing yang lain, tanpa satupun pengendara yang tersisa.
Dan terjadilah gerhana bulan.....
Dua tahun telah berlalu setelah kematian ayah Park Ha. Di depan Sena,
Ibu memuji kehebatan Park Ha yang mampu membuka toko di pasar. Sena tidak
tertarik dengan percakapan mereka, karena ia sudah lelah dan harus
membawa ibu pulang, karena kakinya sedang di-gips
Menyadari Sena yang terlalu sibuk, Park Ha memberitahu kalau Sena sedang sibuk ia bisa menelepon Park Ha, jadi Park Ha yang akan mengantarkan ibu pulang. Sena malah
menyalahkan Park Ha yang tak meneleponnya lebih cepat, sehingga ia
sekarang harus menjemput ibu.
Setelah Sena dan ibunya pulang, Park Ha pun membereskan barang dagangannya dan pulang ke rumah.
Di dalam rumah, ia melepaskan lelah dan minum segelas air. Sesuatu di sudut rumah menarik perhatiannya.
Gelas yang ia pegang jatuh seiring dengan teriakannya, “Si...Si....Siapa Kalia?”
Suara itu seakan membangunkan keempat pria yang terduduk dan kaget melihat Park Ha.
Young Seol, Chi San dan Man Bo langsung melindungi Lee Gak, saat melihat Park Ha mengambil wajan untuk menyerang.
Penasaran kan apa yang akan terjadi selanjutnya....
Makanya baca terus Rooftop Prince episode selanjutnya hanya di all-woman-need.blogspot.com
Kira-kira apa yang akan terjadi ya....
Tulis komentar kamu dibawah ini.............................